Trip to Japan (part 1 :airport)

Aku melihat ke sebelah kananku, tampak papa yang sudah bersiap membawa mobil, dilihat dari tangannya yang sudah sedari tadi memegang setir. Aku mengalihkan pandanganku ke belakang. Tampak mamaku yang sedang memasukkan koper biru super besar.
"Bruk!" terdengar suara pintu bagasi ditutup. Mama masuk ke dalam mobil. Papa segera tongkat gigi di mobil dan langsung menginjak gas. Mobil melaju dengan cepat. Aku melihat jalan-jalan di Pontianak. Sampah-sampah di tepi jalan, bunyi klakson mobil dan motor yang mungkin sudah menjadi musik khas lampu merah. Rumah-rumah yang ditaruh terlalu dekat dengan jalan, sehingga tidak ada tempat menaruh mobil, toilet umum yang kotor, dan masih banyak lagi. Keadaan yang seperti inilah membuatku tidak terlalu suka dengan kota Pontianak.

Papa menginjak rem. Ternyata, kami sudah sampai di bandara Supadio. Aku menurunkan hand carry yang berwarna merah dan putih. Sedangkan papa membantu mama menurunkan koper biru. Setelah melambaikan tangan kepada papaku, aku dan mama membalikkan badan dan masuk ke ruang check-in. Sekali lagi aku melihat mobil hitam yang makin lama makin mengecil.

Aku mencari rombongan kami. Tidak usah susah-susah mengingat wajahnya. Tinggal lihat hand carrynya saja. Kalau yang membawa hand carrynya sama dengan punyaku, berarti itulah rombongannya. Aku melihat mereka berada di tangga. Setelah di check-in, kami masuk ke ruang tunggu.

Hawa sesak menyambut kami di ruang tunggu. Mungkin banyak orang yang balik ke kampung, jadinya ramai. Tapi, enggaklah. Kan, masih belum puasa. Mungkin juga waktu itu, jam sibuk.

Kami mencari tempat duduk. Akhirnya, ketemu 1 baris tempat duduk yang baru dikeluarkan dari oven. Haha... Maksudnya, orang yang duduk di sana baru berdiri, mengantri masuk pesawat. Jadinya, tempat duduknya panas, deh. Kami duduk bersempit ria. Bukan karena kami semua gendut, tapi, karena tempat duduknya itu emang gak banyak. Yah, lumayan jugalah untuk menunggu. Dari pada berdiri.

(suara handphone mamaku berbunyi)
Mamaku segera mengangkat telepon. Ternyata, telepon itu dari papaku. Aku mendekatkan telingaku ke telepon. Namun, karena itu handphone jadul mamaku, aku tidak terlalu bisa mendengar banyak. Akupun bertanya kepada mama. Oh, ternyata, papa memberitahu kalau ada terjadi tabrakan di dekat bandara. Jadinya macet. Untung saja, kami semua sudah sampai di bandara. Kalau tidak, bisa ketinggalan pesawat.

Ada penguman kalau pesawat yang akan kami naiki segera berangkat. Aku beranjak dari tempat dudukku, bersiap-siap. Kalau mau masuk pesawat antrinya lama, bisa-bisa aku kena hantaman titik-titik hujan. Apalagi, bajunya dipakai sampai besok. Bisa bau apa, gitu.

Ketika masuk pesawat, aku agak kecewa. Tahu kenapa?
Itu disebabkan karena pesawatnya gak ada televisi. Bukan televisi yang di langit langit, tapi, televisi yang ada di didepan kita. Kalau ada televisi itu, enak sekali. Bisa main game, dengar lagu, nonton film ataupun nonton acara televisi. Enak kan? Tapi, gak apalah. Masih ada televisi yang menggantung di langit langit pesawat koq.
  
Para pramugari mulai berjalan-jalan mengecek penumpangnya. Ada juga yang menawarkan permen dan ada yang memberikan mainan untuk anak-anak. Aku mau juga. Tapi, mungkin pramugarinya melihat badanku yang sudah besar jadinya dia pikir aku sudah besar. haha...

Setelah ditayangkan video penyelamatan jika tejadi kejadian yang tidak diingankan, pesawatpun meluncur. Aku melihat samar-samar lewat jendela. Karena, aku tidak duduk di dekat jendela. Tampak kota Pontianak yang makin lama makin mengecil. Menurutku, Pontianak lebih cantik kalau dilihat dari atas. Hehe...

Setelah pesawat stabil, tayangan "Just For Laugh" mulai ditayangkan melalui . Aku nonton videonya sampai ketawa. Lucu sekali.

Waktu tidak terasa, kami pun sampai di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kami berangkat lagi jam 9, bukan berangkat sih, tepatnya kumpul dengan rombongan lain dari daerah lain. Kira-kira masih ada 5 jam. Kami memang sudah berencana untuk pergi ke lounge setelah mengambil bagasi. 

Kami pergi ke lounge dengan sedikit berlari karena menyusul mamaku yang cepat sekali. Tiba-tiba, penjaga di sana mencegat kami naik ke lounge karena kami membawa bagasi. Setelah dimohon-mohon, akhirnya penjaganya memperbolehkan kami pergi ke lounge. 

 Kalian tahu gak? Makanan di lounge itu enak-enak, apalagi, spaghettinya. Aku saja sampai makan spaghetti 5 piring. Haha... Terus, ada wi-fi, ada komputer untuk internetan, tempat cas lagi. Pokoknya itu lounge udah lengkaplah. Sampai jam 7, kami diusir karena sudah kelamaan di lounge. :'(

Akhirnya, kami pergi ke ruang keberangkatan dan menunggu panitia datang. Hampir jam 9, tidak ada orang yang datang. Setelah diberi tahu sama rombongan lain, kami baru berpindah tempat. Ternyata, kami menunggu di tempat yang salah. Pantas saja, tidak ada orang.

Setelah panitia memberikan paspor, dan lain-lainnya, kami masuk ke imigrasi dan menunggu di ruang tunggu sekitar 30 menit. Kemudian, kami masuk pesawat untuk pergi ke Haneda, Jepang. Bye Indonesia!

ps : Aku baru bisa menulis part selanjutnya pada bulan Juli karena mau ikut Reach di Megamendung :)

 tambahan lagi : ini blogku ttg Reach tahun lalu silahkan dibaca yaaa ^^
- Reach part 1
- Reach part 2
- Reach part 3
- Reach part 4
- Reach part 5  


Aku pulang Reach 2015 tanggal 5 Juli. Ditunggu ceritaku tentang Tozan Japan dan Reach 2015.

Komentar

Postingan Populer