Travelling to Malaysia (part 3 : Malaka, I'm coming!)

berfoto bersama Winny di mini van
Hari itu, kami pergi ke Malaka bersama teman mama. Kami menyewa mini van beserta tour guide nya. Aku dan kedua adik sepupuku HAMPIR tidak mendengar penjelasan tour guide nya. Aku dan Winny sibuk menonton larva. Willsen menonton Mr Bean. Setelah menonton, kami pun tertidur. Kami dibangunkan oleh mama karena mau pergi makan bakso ikan. Setelah sampai, aku dan Willsen mencari wi-fi lagi. Akhirnya, kami menemukan password wi-fi nya di kasir. Aku makan bakso ikan yang dicampur kwetiau. Rasanya enak..... :d

Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan ke Malaka. Aku pun melanjutkan perjalananku ke alam mimpi.

Kali ini, aku tidak dibangunkan mama lagi. Aku terbangun sendiri. Sesaat kemudian, kami turun dari mobil di tengah kemacetan. Gedung-gedung di sana berwarna merah karena katanya masyarakat di sana suka memakan sirih dan membuangnya sembarangan. Akibatnya, gedung-gedung di sana yang dicat berwarna putih menjadi agak kemerah-merahan. Akhirnya, pemerintah di sana mengecat gedung-gedungnya menjadi berwarna merah.

Di sana ada rumah makan nasi ayam yang antriannya panjaaaaaaaang sekali. Lebih panjang dari 'a' yang kuketik. wkwkwk.... Orang-orang itu rela mengantri di bawah panas matahari hanya untuk makan nasi ayam yang katanya enak. Kami tidak mengantri. Mama bilang, "Untuk apa mengantri? Lebih baik makan yang lain." Akhirnya kami pun pergi ke tempat lain. 

di tepi sungai Malaka
Kami pergi ke sungai Malaka. Itu hanya sungai biasa. Yang membuatnya unik adalah ada sekitar 5 meriam atau lebih yang digunakan untuk menembak mush. Itu bukan meriam palsu, tapi asli! Kami juga sempat berfoto di tepi sungai Malaka. Sebenarnya, ada kapal yang khusus mengantar keliling sungai Malaka tetapi kami tidak naik.



selfie di kelenteng sambil menunggu papa berdoa
Kami melanjutkan perjalanan ke museum Laksamana Cheng Ho. Itu adalah kisah tentang laksamana Cheng Ho di Malaka. Kami ada menonton film tentang Laksamana Cheng Ho. Ada juga barang-barang yang dipakai laksamana Cheng Ho selama di kapal. Ada juga tentang alat musik. Oh ya, ada alat musik Indonesia juga loh... yaiut gamelan. Selain gamelan, ada angklung dan wayang. Kami juga ada pergi ke kelenteng yang bentuknya seperti kapal.
salah satu barang di museum Laksamana Cheng Ho

Kami berjalan di bawah panas matahari yang terik. Saking teriknmya, kami harus menggunakan jaket, topi, dan kacamata hitam. Panasnya matahari juga membuat perutku lapar. Kami pergi ke sebuah rumah makan bernama "Bibi Cendol". Aku penasaran seperti apa cendolnya, ternyata seperti cendol biasa. Cendolnya itu cuma semangkuk kecil. makannya sama es parut yang menggunung dicampur lagi dengan gula Malaka. Lebih enakan cendol di Indonesia, loh....
Makan cendol tidak membuatku kenyang. Kami berjalan-jalan lalu menemukan sate burung puyuh. Rasanya, lumayanlah.... Di samping sate burung puyuh, ada otak-otak. Aku membeli otak-otak. Rasanya itu bagiku enak. Tapi, lebih enak otak-otak di Pontianak. 
Otak-otak mereka itu berwarna merah, lembek, dan pedas.

Setelah puas makan, kami berjalan-jalan ke sebuah toko barang-barang. Aku ada membeli alat pembuat sushi, lego, dan pembuat rainbow loom.

Kaki aku sudah mulai pegal. Kami pun naik van lagi lalu pulang ke hotel. Kami harus tidur karena besok akan ke SINGAPURA!

catatan kecil : makanan di atas aku bilang enak karena aku memang bisa makan segalanya. Kalau mau merasakan rasa yang sebenarnya, datang saja ke Malaka!

Komentar

Postingan Populer