IDeFest 2014 (Part 1 : Persiapan IDeFest)
Tahun lalu, tepatnya Desember tahun 2014, aku mengikuti lomba Idefest (Indonesian Dream Festival) 2014.Kegiatan ini adalah lomba yang dilaksanakan kira-kira selama 1 minggu. Ada 8 lomba. Yaitu SOVOLEX (Solo Vokal Extra Vaganza), Show Choir, Tari, Band, Humorus Speech, Comedy Team, Foto, Film. Kalau daerah Pontianak hanya mengikuti 6 lomba. Pontianak tidak mengikuti Band dan Comedy Team. Mengapa? Yaa, karena gak ada yang mau ikut! :D
Pada saat aku melihat ada lomba foto, aku sih memang mau ikut, karena aku suka sama fotografi. Nah, lomba foto ini, terbagi menjadi dua. Yaitu, lomba foto desain poster dan lomba foto esai. Foto desain poster adalah lomba memotret menggunakan kamera slr dan membuat foto tersebut menjadi sebuah poster. Foto esai adalah foto bercerita yang terdiri dari 3 foto dan 1 caption. Masalahnya, temanya itu, susahhh sekali!
Tema foto posternya adalah 'Politik'. Aduh! Susah sekali. Aku tidak tahu politik itu apa? Sedangkan tema foto esai adalah 'Kekuatan Rakyat'. Kayaknya dua-duanya sama saja. Bukan sama temanya, tapi sama susahnya!
Aku tidak hanya mengikuti satu lomba saja. Aku ada mengikuti dua lomba.
Ayo ditebak!!! He... he... he...
Aku mengikuti lomba film. Tema lomba film adalah 'Perebutan Kekuasaan'. Kami bukan bermain drama yang dibuat seperti film, namun, kami membuat film. Aku tidak menjadi pemain sih... AKu menjadi tim produksi yaitu penulis skenario.
Aku membuat poster bergambar orang dengan hati yang disikat.
Menurutku, kebanyakan orang bilang politik itu kotor. Orang bisa kotor karena hatinya kotor. Jadi, harus disikat. Benar kan?
Sedangkan foto esai, aku menceritakan tentang perjuangan guru Indonesia Mengajar. Untuk memotret foto esai butuh perjuangan. Aku harus menempuh perjalanan selama 2 jam lebih untuk memotret foto pertama yaitu foto pulau Temajo. Pulau Temajo letaknya kebetulan dekat dengan Singkawang. Jadi, bisa sekalian berlibur! Rencana sebenarnya adalah memotret pendidikan di daerah perbatasan. Tapi ternyata jalannya rusak sehingga kami terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Inilah foto esaiku!!!!!
Pulau Temajo,
pulau yang menjadi pembatas antara Kalimantan Barat dengan Malaysia. Lokasi
yang sangat susah terjangkau seperti itulah guru-guru Indonesia Mengajar
ditempatkan. Walaupun menempuh perjalanan yang jauh (kadang-kadang harus naik
kapal berjam-jam ataupun melewati jalanan yang rusak), mereka tetap bersemangat
untuk mengajar. Tidak hanya di Kalimantan Barat saja, namun, program Indonesia
Mengajar sudah ada di seluruh tempat terpencil di Indonesia.
Guru-guru yang mengajar kebanyakan baru lulus S1. Mereka harus membuat sebuah blog mengenai tujuan dan motivasinya untuk menjadi guru. Selanjutnya diinterview. Jika diterima, mereka dilatih selama tujuh minggu, baru diberangkatkan ke sekolah-sekolah yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Walaupun hanya setahun, namun mereka sudah membuat banyak kemajuan.
Sedangkan film, aku membuat dua skenario. Skenario pertama untuk syuting. Sedangkan skenario kedua untuk dikirim ke Jakarta. Isinya sebenarnya sama saja, cuma bentuknya yang berbeda. Bagiku, skenario yang pertama lebih susah untuk dibuat karena lebih detail. Namun, skenario pertama lebih mudah dimengerti bagi kameramen, sutradara, maupun aktor daripada skenario kedua. Sebenarnya, skenario kedua dibuat ketika diminta oleh panitia lomba film.
Setelah semua selesai, kami tinggal menunggu tanggal 24 Desember 2014 untuk pergi ke Jakarta!
Yey!!!
Pada saat aku melihat ada lomba foto, aku sih memang mau ikut, karena aku suka sama fotografi. Nah, lomba foto ini, terbagi menjadi dua. Yaitu, lomba foto desain poster dan lomba foto esai. Foto desain poster adalah lomba memotret menggunakan kamera slr dan membuat foto tersebut menjadi sebuah poster. Foto esai adalah foto bercerita yang terdiri dari 3 foto dan 1 caption. Masalahnya, temanya itu, susahhh sekali!
Tema foto posternya adalah 'Politik'. Aduh! Susah sekali. Aku tidak tahu politik itu apa? Sedangkan tema foto esai adalah 'Kekuatan Rakyat'. Kayaknya dua-duanya sama saja. Bukan sama temanya, tapi sama susahnya!
Aku tidak hanya mengikuti satu lomba saja. Aku ada mengikuti dua lomba.
Ayo ditebak!!! He... he... he...
Aku mengikuti lomba film. Tema lomba film adalah 'Perebutan Kekuasaan'. Kami bukan bermain drama yang dibuat seperti film, namun, kami membuat film. Aku tidak menjadi pemain sih... AKu menjadi tim produksi yaitu penulis skenario.
Foto Poster yang kubuat |
Menurutku, kebanyakan orang bilang politik itu kotor. Orang bisa kotor karena hatinya kotor. Jadi, harus disikat. Benar kan?
Sedangkan foto esai, aku menceritakan tentang perjuangan guru Indonesia Mengajar. Untuk memotret foto esai butuh perjuangan. Aku harus menempuh perjalanan selama 2 jam lebih untuk memotret foto pertama yaitu foto pulau Temajo. Pulau Temajo letaknya kebetulan dekat dengan Singkawang. Jadi, bisa sekalian berlibur! Rencana sebenarnya adalah memotret pendidikan di daerah perbatasan. Tapi ternyata jalannya rusak sehingga kami terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Inilah foto esaiku!!!!!
Foto esai pertama |
Foto Esai yang kedua |
Guru-guru yang mengajar kebanyakan baru lulus S1. Mereka harus membuat sebuah blog mengenai tujuan dan motivasinya untuk menjadi guru. Selanjutnya diinterview. Jika diterima, mereka dilatih selama tujuh minggu, baru diberangkatkan ke sekolah-sekolah yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Walaupun hanya setahun, namun mereka sudah membuat banyak kemajuan.
foto esai yang kietiga |
Sebenarnya,
anak-anak di pelosok memiliki potensi besar. Hanya saja, mereka tidak memiliki informasi
dan sarana yang memadai. Dengan adanya guru-guru Indonesia Mengajar membuat
anak-anak di sana menerima pendidikan yang sama dengan di kota. Seperti halnya
Niko Demus dan Tera Fettrus dari SDN 17 Nanga Bungan, Kabupaten Kapuas Hulu.
Karena guru Indonesia Mengajar yang berasal dari Bali, mereka berhasil menjadi
pemenang lomba sains. Dari bertemu presiden, menteri sampai pergi ke Science Center
di Singapura, kami jalani bersama.
Terima
kasih guru-guru “Indonesia Mengajar” karena dari engkaulah lahir teman-temanku
yang akan membuat Indonesia menjadi hebat.
Sedangkan film, aku membuat dua skenario. Skenario pertama untuk syuting. Sedangkan skenario kedua untuk dikirim ke Jakarta. Isinya sebenarnya sama saja, cuma bentuknya yang berbeda. Bagiku, skenario yang pertama lebih susah untuk dibuat karena lebih detail. Namun, skenario pertama lebih mudah dimengerti bagi kameramen, sutradara, maupun aktor daripada skenario kedua. Sebenarnya, skenario kedua dibuat ketika diminta oleh panitia lomba film.
Setelah semua selesai, kami tinggal menunggu tanggal 24 Desember 2014 untuk pergi ke Jakarta!
Yey!!!
Komentar
Posting Komentar